SERIAL MRS SUTTLE MINIBUS dalam RAPAT IBU IBU MUDA DENGAN SEGALA POLAH TINGKAHNYA Part I

IMG_20120406_085748r

Oleh : Deddy azwar

DI sebuah warung roti bakar. Tepat di tengah hari bolong. Ketika matahari bersinar terik. Rapatlah empat orang ibu ibu muda. Oh ya, rapat yang dilakukan oleh para ibu ini berbeda jauh daripada yang dilakukan para bapak di kantor. Dari raut mukanya jelas kelihatan sedang bersantai-santai. Tak ada tanda-tanda dahi mereka berkerut-kerut. Apalagi sampai lempar melempar botol kecap atau tonjok-tonjokan. Malah, kebanyakan diselingi canda dan tawa garing. Bisa ditinjau dari lokasi yang dipilih adalah warung makan alias cafe kecil dan outdoor lagi. Makanya sekarang masing masing moncong penuh dengan makanan. Serasa seolah-olah sedang membahas rumah tangga negara saja. Suatu hal yang tergolong penting menurut mereka.
“Mana Bu Zebra? Kok belum datang juga.” Tukas Bu Saodah mulai kasak kusuk sambil tak henti-hentinya melirik jamnya bermerk Alba yang berlapis kuningan dan logam itu. Sekali sekali diusap dan di lap kaca lapisan depan jam tangannya. Barangkali dia hendak memamerkan jam barunya. Hanya saja para ibu kurang peka dan tak menyadari niatnya.
“Ho-o nih. Aku sudah sms lho. Sudah whatsap pula. Bahksan sudah kirim surat kilat khusus.” Tegas Bu Muci sambil nyengir, menghampiri meja seraya membawa cemilan nasi goreng petay (cemilan na-si goreng?), lalu duduk disamping Bu Saodah yang lagi asik mengunyah sejumlah 32 kali makanannya. Kebetulan lagi makan buah kwaci bangkok yang ukurannya gede gede.
“Oke, sudah ada balasannya belum Bu Odah?” Tanya Bu Lince sambil membulatkan matanya yang agak sipit itu. Bu Lince kerap kali bertindak sebagai juru pengingat teman-temannya disamping Bu Zebra. Mereka berdua bagai setail lima uang, memiliki daya ingat di atas rata-rata. Dan Bu Lince kebiasaan Bu Odah yang suka lupa dan lemot.
Ketika ditanya begitu, Bu Saodah spontan kaget. Sepertinya Bu Lince dengan jeli menembak titik kelemahannya. “Ya ampun! Ike lupa belum melihat balasan smsnya.
Bu Lince dan Bu Muci saling berpandangan. Lalu serempak mengangkat bahu.
“ Sebentar saya lihat dulu.” Dia pun merogoh-rogoh tas kecilnya, mencari-cari Hpnya. E-eh dimana dimana hape smartphone saya. Jangan-jangan ada di kandang ku..”
“Maaf ibu-ibu ini hapenya ada yang ketinggalan. “tegur seorang anak muda, yang ternyata juru masaknya di warung tersebut. Dia berkata sambil menunjuk-nunjuk. “Kayaknya milik ibu yang subur itu..”
Bu Lince cekikikan, mendengar perkataan juruk masak yang jujur itu.
Bu Saodah menerima hapenya di kasih si juru masak dengan mata berbinar-binar. “Wah terima kasih yang Mas. By the way ketemu dimana?”
“Oh anu bu, di dekat tempat penggorengan,” jawab Mas itu.
“Aduh Bu Odah, apa yang kamu lakukan, sampai bisa ketinggalan di sono?” teriak Bu Muci bingung dan gemes.
“Ibu ini tadi nyicip masakan saya. Katanya dia pernah jadi juri chef junior pada sebuah perlombaan. Saat dia mencomot bakwan dan tahu di piring itulah kelupaan membawa hapenya Bu.”
Kali ini giliran Bu Muci yang cekikikan. “Dasar rakus, katanya mau diet? Diet apaan.”
“Pantas..”desis Bu Sofia yang geli melihat ulah Bu Saodah, saat mendengar percakapan teman-temannya yang hiruk pikuk. Bu Sofia ini, orangnya nggak terlalu banyak pecicilan dan tak banyak omong itu.
Bu Sofia ini, dari tadi kerjaannya asik mempelototin tablet. Kadang cuwek dengan keadaan di sekitarnya. Cendrung pendiam. Kecuali ada bom molotov, baru dia kaget, lalu cerewet dan mengoceh sendiri. Kini, jemarinya yang lentik gemelintik itu terus menari nari di layar monitor tablet miliknya. Kadang kadang saking asiknya sampai kelupaan bahwa di bagian belakang tabletnya bukan wilayah touchscreen. Bahkan tablet juga mau ditelannya karena dikira tablet obat penenang. Memang, belakang ini Bu Sofia, merupakan satu satunya berpredikat sebagai wanita karir di antara rekan-rekannya ini, sedang keranjingan berbelanja online di internet. Selain itu beliau dikenal sebagai pekerja keras di kantornya. Sering pulang malam karena lembur. Sering juga mengeluh kelelahan, namun karena penyakit workholicnya, dia sampai saat ini beluam ada niat untuk resign. Makanya, setiap ada kesempatan libur maupun cuti dia habiskan untuk antara lain santai di rumah, berleha-leha, travelling bersama rekan-rekannya yang lebay-lebay ini. Di samping tidak melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
“Asik banget Bu Sofia ini. Sampai nggak tahu ya ada yang ngeledekin Bu Odah. Hehehe. “tegur Bu Lince sambil terkekeh kekeh, “Dia nggak terima dibiliang subur. Padahal mas tukang masak itu kan jujur.”
“Gue tahu kok Bu Lin. Suara kalian kan kencang banget tadi.”
“Eh, kirain tidak menyimak.”
“Saya kan punya indri ke tujuh.”
“Woy, yang ada juga indra ke enam Bu.”
“Gimana sih si Ibu. Kalau indra kan khusus cowok. Indri buat cewek.”
“Paling paling kamu deh..Hihiikk.”
“Lagi ngapain? PR dari kantormu ya?”
“Ah nggak, lagi mantau belanja online. Kayaknya asik banget. Kita tidak perlu capek-capek keluar ongkos. Tanpa perlu mondar mandir ke mall. Tinggal tunjuk yang disuka, harga sesuai, klik, bayar deh.”
“Kenapa? Lagi ada sale ya? Besar tidak diskonnya?”
“Lumayan daripada nggak diskon.”
“Ah, kalau dipikir-pikir belanja online kadang ada nggak enaknya juga. Kita hanya terpaku dengan dengan barang yang ditampilkan saja tanpa bisa diperagakan. Bagai…”
“Bagai membeli kucing dalam karung.”
“Kalu belanja on the spot, kan kita bisa sekalian jalan jalan di mall. Menikmati ac-nya yang sejuk. Bisa mencuci mata. Bisa melihat melihat beraneka barang. Lalu kita bisa meraba raba tuh barang. Bisa di test kek atau dicobain dulu. Coba kalau di online, apa bisa dijamin barangnya bagus. Terus kalau barangnya rusak atau kenapa kenapa, tidak sesuai pesanan atau selera kita, proses pengembalian memakan waktu yang cukup lama. Menunggu dan menunggu. Dan itu membosankan sekali. Kebayang nggak Bu?”
“Menurutku maraknya situs situs belanja online ini membidik kalangan kaum super sibuk, yang tidak sempat kemana-mana. Pangsa pasar mereka beraneka ragam lho. Target mereka jelas. Tinggal kita saja mau apa tidak untuk masuk ke dalam. Kalau dipikir-pikir sangat membantu malah. Pastinya kita bisa menyeleksi situs-situs belanja yang sudah punya nama saja. Seperti bukalapak.com, lazada.com dan blibli.com, ali express.com dan lain lain. Biasanya pelayanannya lebih prima, Bu. Ada beberapa rekan sekantorku sudah terbiasa belanja online. Menjadi member hampir di setiap situs belanja online. Dan dia merasa aman dan nyaman melakukan itu.”
“Oh ya. Saking sibuknyakah?”
“Dibilang sibuk bisa. Dibilang nggak juga bisa. Dianya saja yang males kemana mana. Dia memang sosialita banget. Suaminya juga tajir. Kerja di oil sih. Gila belanja. Baik online maupun shooping di luar negeri.”
“Ibu Sofia pernah belanja online juga?”
“Belum sih. Kepingin coba-coba.”
“Coba saja dulu beli satu dulu. Yang murah murah aja. Biar kalau nggak sesuai atau lama sampainya kagak sakit hati.”
“Iyalah.”
Kalau saya nanti nanti saja. Dipertimbangkan dulu. Lagipula saya jarang pegang kartu kredit. Lha kartu debetku sering kedebetnya daripada dikreditnya. Hua hua. Belum habis bulan sudah kosong.”
“Sama Bu.
Percakapan mereka disela oleh datangnya pelayan yang membawa baki berisi dua mangkok chicken soup, satu mangkok mie ayam baso dan dua piring nasi goreng daging sapi yang lezat. Mereka langsung mengerubungi meja makan dan langsung menyerbu pesanan masing-masing. Ya, itu merupakan pesanan kedua mereka.
Saat tengah asik makan dengan lahap, tiba tiba Bu Saodah berteriak kencang. Hampir saja terjungkil dari kursi. Semua mata memandang dengan penuh nada kekagetan dan kebingungan.
“Ada apa Bu?!” Tanya ibu ibu yang lain berbarengan.
“Saya barusan melihat mobilnya Bu Zebrina melintas di seberang jalan yang dekat ruko. Mobilnya ngebut juga. Sumpah!”
“Mana mana?” Semuanya tanpa dikomando serentak menoleh dan menatap dengan mata membulat ke arah yang ditunjuk Bu Saodah. Keributan di meja ibu ibu muda itu sempat memntbuat beberapa pengunjung kaget.
“Haiya!! Bikin orangtua jantungan saja. Dikira ada brondong lewat apa? ” omel seorang oma oma chinese genit yang punya sejarah penyakit jantung. Saat dia mengusap-usap dadanya karena kaget, ketika itu pula gelang gelang di tangan kanannya berbunyi gemerincing heboh.
Kali ini semua mata berpindah menatap si oma oma itu. Karena malu jadi ajang perhatian si Oma tanpa malu langsung menghabiskan kuah sop sekali telan, hingga bagian belakang mangkok saja yang kelihatan, menutupi mukanya. Tampaknya memang disengaja.
“Bu Odah, ayo cepat baca jawaban smsnya Bu Zebrina. Buruan, takutnya dia lupa lokasi janjian kita.”
“Iya, nanti malah nyasar ke ruko sebelah. Ruko dan warung disini mirip mirip semua. Susah membedakannya.” Timpal Bu Muci.
Dengan serta merta Bu Saodah mengeluarkan smartphonenya yang berlayar 5,5 inch dari saku celana jeansnya yang kedombrangan. Akan tetapi…
“Kenapa Bu Odah. Mukanya kayak orang bingung gitu?” tanya Bu Sofia heran.
“Anu..saya lupa paket internet saya habis jadi tidak bisa whatsapp-an. Hehe..”Ibu Saodah nyengir dinosaurus.
“Bacain aja smsnya, kan nggak perlu koneksi internet.”usul Bu Lince.
Ternyata setelah sms dibaca tertulis kata-kata yang komplit dan cukup panjang…”Maaf ibu ibu keren-peng eh itu mah kerempeng yang artinya kurus. Maksudnya keren-keren cing. Saya datang agak telat. Biasalah nggak ada pembantu. Cucian dan setrikaan numpuk. Sekarang tugas sudah beres. Saya siap meluncur. Tunggu ya. Oh ya jangan lupa pesanan saya. Jus durian, roti bakar kornet sosis dan soto betawi. Daag..”
Taraa…Seperempat jam kemudian para-para ibu muda telah anggota rapatnya. Akhirnya Ibu Zebrina sudah bergabung setelah sempat nyasar. Apa saja sih gerangan yang akan dibahas. Mari kita simak.